Sejarah Perkembangan Kain Tapis Lampung

Kain Tapis merupakan salah satu kerajian tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadapat lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu, munculnya Kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap yang mengarah pada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan masyarakat Lampung.
Kain Tapis
Foto: medanbisnisdaily,com
Berdasarkan penelitian Van Der Hoop disebutkan bahwa orang Lampung yerlah menenun Kain Brokat yang disbeut Nampan (Tampan) dan Kain Pelepai sejak abad II masehi. Motif kain ini adalah kait dan kunci (Key and Rhomboid Shape), pohon mayat dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati.

Dikenal juga tenun Kain Tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh. Hiasan-hiasan yang terdapat dalam kain tenun Lampung juga memiliki unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain.

Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh tradisi neolitikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia. Masuknya Agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan kerajinan Kain Tapis Lampung.

Baca Juga: Kain Tapis Lampung dan Berbagai Jenis-jenisnya

Walaupun unsur baru tersebut berpengaruh, namun unsur lama tetap dipertahankan. Adanya komunikasi dan lalu lintas antar kepulauan Indonesia sangat memungkinkan penduduknya mengembangkan suatu jaringan maritim.

Dunia maritim atau disebut juga dengan zaman bahari sudah mulai berkembang sejak zaman kerajaan Hindu di Indonesia dan menjadi kejayaan ada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam antar tahun 1500 - 1700 Masehi.

Bermula dari latar belakang sejarah ini, imajinasi dan kreasi seniman pencipta jelas memengaruhi hasil ciptaan yang mengambil ide-ide pada kehidupan sehari-hari yang berlangsung di sekitar lingkungan seniman dimana ia tinggal.

Penggunaan transportasi pelayaran saat itu dan alama lingkungan laut telah memberi ide penggunaan motif hias pada kain kapal. Ragam motif kapal pada kain kapal menunjukkan adanya keragaman bentuk konstruksi kapal yang digunakan. Selain itu, kapal yang di Lampung dikenal dengan sebutan Jung juga mempunyai makna filosofi yang berarti kehidupan.

Baca Juga: Falsafah Piil Pesenggiri dan Makna yang Terkandung Didalamnya

Dalam perkembangannya, ternyata tidak semua suku Lampung menggunakan Kain Tapis sebagai sarana perlengkapan hidup. Diketahui, suku Lampung yang umum memproduksi da mengembangkan tenun tapis adalah suku Lampung yang beradat pepadun.

Lalu dalam perkembangan Kain Tapis itu, saat ini Kain Tapis diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis uang cukup tinggi. Sekarang ini Tapis sudah diproduksi secara massal, dikerjakan sebagai industri kerajinan yang profesional hingga sebagai industri kerajinan rumah tangga.
Kain Tapis Lampung
Foto: tribunnews,com
Kain Tapis dalam perkembangannya fungsinya juga tidak hanya digunakan hanya untuk kain yang digunakan para wanita dalam acara adat. Namun, Kain Tapis kini sudah dimodifikasi untuk kreasi busana, hiasan dinding, hiasan interior, hiasan eksterior, dan cendramata lainnya.

Pengrajin industri Kain Tapis juga sekarang ini tidak lagi didominasi penduduk asli Lampung. Tetapi penduduk pendatang pun mulai banyak yang menggeluti industri kerajinan tenun Tapis Lampung. 

Kain Tapis khas Lampung yang merupakan salah satu kekayaan seni budaya dan tetenger daerah Lampung yang secara turun temurun terus berkembang harus tetap dijaga dan dilestarikan selamanya. Sebagai orang Lampung, yuk kita jaga dan lestarikan sama-sama salah satu kekayaan dari bumi Lampung, Kain Tapis.

Sumber Referensi:
Buku Piil Pesenggiri, Karya Christian Heru Cahyo Saputra, S.Pd yang diterbitkan pada tahun 2011.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel